Senin, 24 Oktober 2016

Bonsai

Bonsai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk seni serupa dalam Budaya Cina, lihat penjing.

Bonsai di "Foire du Valais", Swiss, 2005.
Bonsai (盆栽?) adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon (). Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentukdahandaunbatang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzai (盆栽).
Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan dan pemangkasan tanaman, pengawatan (pembentukan cabang dan dahan pohon dengan melilitkan kawat atau membengkokkannya dengan ikatan kawat), serta membuat akar menyebar di atas batu. Pembuatan bonsai memakan waktu yang lama dan melibatkan berbagai macam pekerjaan, antara lain pemberian pupuk, pemangkasan, pembentukan tanaman, penyiraman, dan penggantian pot dan tanah. Tanaman atau pohon dikerdilkan dengan cara memotong akar dan rantingnya. Pohon dibentuk dengan bantuan kawat pada ranting dan tunasnya. Kawat harus sudah diambil sebelum sempat menggores kulit ranting pohon tersebut. Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam merupakan salah satu daya tarik bonsai.

Jenis[sunting | sunting sumber]

Pohon yang paling umum dibonsai adalah berbagai spesies pinus. Jenis tanaman dan pohon dipakai untuk mengelompokkan jenis-jenis bonsai:[1]
Ada banyak sekali tanaman tropis yang telah dicoba dan ternyata cocok untuk dibonsai, di antaranya asam jawaberingincemara udangwaru, dan jambu biji.[2]

Bentuk dasar[sunting | sunting sumber]

Tegak Lurus (Chokkan)
Tegak Berkelok-kelok (Moyogi)
Sarung Angin/Tertiup Angin (Fukinagashi)
Menggantung (Kengai)
Setengah Menggantung (Han Kengai)
Batang Bergelung (Bankan)
Sapu Tegak (Hōkidachi)
Berbatang Dua (Sōkan)
Pohon Sastrawan (Bunjinki)
Tegak Lurus (直幹 Chokkan?)
Batang pohon tegak lurus vertikal ke atas. Pohon dikatakan memiliki batang yang ideal bila pohon memiliki diameter batang yang makin ke atas makin mengecil, dimulai dari bagian batang yang dekat dengan akar. Pohon dikatakan memiliki dahan yang ideal bila dahan ada di sisi depan-belakang atau kiri-kanan saling bersilangan satu sama lainnya. Jarak antardahan makin ke atas makin sempit. Bentuk akar ideal adalah akar yang bila dilihat dari atas, menjalar ke segala penjuru.
Tegak Berkelok-kelok (模様木 Moyogi?)
Batang pohon tegak berkelok-kelok ke kiri dan ke kanan. Diameter batang makin ke atas makin mengecil dengan keseimbangan kiri dan kanan yang baik. Dahan yang baik adalah dahan yang ada di bagian puncak lengkungan batang pohon. Dahan yang berada di bagian dalam lengkungan dipotong. Dari pangkal batang hingga bagian puncak pohon dapat ditarik garis lurus, dan orang yang melihat tidak merasa khawatir dengan keseimbangan pohon tersebut.
Miring (斜幹 Shakan?)
Batang pohon miring ke satu sisi bagaikan terus menerus ditiup angin ke arah tersebut. Bagaikan ada benda yang menghalangi di salah satu sisi, batang pohon tumbuh mencondong ke sisi lain. Ciri khas bentuk ini berupa dahan yang ada hanya di bagian puncak lengkungan batang, dan berselang-seling di sisi kiri-kanan dan depan-belakang.
Sarung Angin (吹流し Fukiganashi?)/Tertiup Angin[2]
Dibandingkan bonsai bentuk Miring, pohon tumbuh sambil mengalami paksaan yang lebih kejam. Batang dan dahan pohon hanya condong ke satu arah. Batang dan dahan pohon yang condong ke satu sisi jauh lebih panjang daripada tinggi pohon yang diukur dari pangkal batang ke puncak pohon. Posisi batang dan dahan mirip dengan bonsai gaya Setengah Menggantung, namun batang dan dahan terlihat membentuk garis paralel.
Menggantung (懸崖 Kengai?)
Pohon diibaratkan tumbuh di permukaan dinding terjal yang berada di tebing tepi laut atau dinding lembah terjal. Batang pohon tumbuh bagaikan menggantung ke bawah tebing. Puncak pohon tersebut menggantung jauh hingga melebihi dasar pot. Bila puncak pohon tidak melebihi dasar pot maka bonsai disebut Setengah Menggantung (Han Kengai).
Batang Bergelung (蟠幹 Bankan?)
Batang pohon terlihat sangat dipilin, atau pohon tumbuh dengan kecenderungan memilin diri. Batang pohon begitu terlihat dipilin bagaikan ular yang sedang bergelung.
Sapu Tegak (箒立ち Hōkidachi?)
Batang tegak lurus hingga di tengah sebelum dahan dan ranting tumbuh menyebar ke segala arah. Puncak pohon sulit ditentukan dari sejumlah puncak dahan yang ada sehingga bentuk bonsai ini mirip sapu dari bambu. Keindahan bonsai gaya ini dinilai dari percabangan dahan yang rapi, dan titik dimulainya persebaran dahan dan ranting ke segala arah, tinggi pohon, dan keseimbangan unsur-unsur tersebut.
Menonjolkan Akar (根上り Neagari?)
Akibat pohon dipelihara di lingkungan pemeliharaan yang kejam, bagian pangkal akar yang bercabang-cabang di dalam tanah menjadi terekspos ke luar di atas tanah bagaikan akibat diterpa angin dan hujan.
Berbatang Banyak (多幹 Takan?)
Dari satu pangkal akar tumbuh tegak lebih dari satu batang pohon. Bila tumbuh dua batang pohon, maka bonsai disebut Berbatang Dua (Sōkan). Bila ada tiga batang pohon, maka disebut Berbatang Tiga (Sankan). Bonsai berbatang lima atau lebih disebut Tunggul Tegak (Kabudachi). Batang berjumlah ganjillebih disukai. Selain bonsai berbatang dua, bonsai dengan batang berjumlah genap tidak disenangi dan tidak dibuat.
Akar Terjalin (根連なり Netsuranari?)
Akar dari sejumlah batang pohon dari satu spesies (tiga batang pohon atau lebih) saling melekat dan berhubungan satu satu sama lainnya. Bentuk ini juga dapat berasal dari batang pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan terkubur di dalam tanah. Bagian yang dulunya adalah dahan pohon, berubah peran dan tumbuh sebagai batang pohon. Dari batang pohon tersebut keluar akar, dan akar tersebut terjalin dengan akar pohon asal. Bentuk yang mirip dengan Akar Terjalin disebut Rakit atau Tumbuh dari Batang (Ikadabuki). Bonsai berbentuk Tumbuh dari Batang juga berasal dari pohon yang tadinya tegak, namun roboh dan dahan berubah peran menjadi batang. Perbedaannya dengan Akar Terjalin terletak pada akar yang hanya ada di satu tempat. Seperti halnya bonsai Berbatang Banyak, pohon berbatang genap tidak disukai.
Kelompok (寄せ植え Yoseue?)
Lebih dari satu pohon ditanam bersama dalam satu pot dangkal atau ditanam di atas batu. Pohon yang ditanam dapat saja beberapa pohon dari satu spesies, atau campuran dari beberapa spesies berbeda. Nilai kreativitas karya dapat ditinggikan dengan perpaduan benda-benda hiasan yang diletakkan sebagai tambahan.
Pohon Sastrawan (文人木 Bunjinki?)/Bebas[2]
Bentuk bonsai ini asal usulnya dari meniru bentuk pohon dalam nanga. Dinamakan bonsai bentuk Pohon Sastrawan karena sastrawan zaman Meiji sangat menggemari bonsai bentuk ini. Pada zaman sekarang, batang kurus, jumlah dahan sedikit, dan dahan pendek juga disebut Pohon Sastrawan.
Pohon Tak Lazim (代わり木 Kawariki?)
Bentuk ini dipakai untuk menyebut bonsai yang tidak dapat digolongkan ke dalam bentuk-bentuk bonsai yang lazim.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Bonsai berasal dari seni miniaturisasi tanaman yang disebut penjing (盆景) dari periode Dinasti Tang. Di makam putra dari Maharani Wu Zetian terdapat lukisan dinding yang menggambarkan pelayan wanita yang membawa pohon berbunga dalam pot dangkal. Pot dangkal berukuran kecil ini merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam.[3]
Kalangan bangsawan di Jepang mulai mengenal penjing sekitar akhir zaman Heian. Aksara kanji untuk penjing (盆景) dilafalkan orang Jepang sebagai bonkei. Sama halnya dengan di Cina, bonkei di Jepang juga merupakan miniaturisasi dari pemandangan alam. Seni yang hanya dinikmati kalangan atas, terutama kalangan pejabat istana dan samurai, dan baru disebut bonsai pada zaman Edo[4]
Menanam bonsai adalah pekerjaan sambilan samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai puncak kepopuleran. Sejak zaman Meiji, bonsai dianggap sebagai hobi yang bergaya. Namun pemeliharaan bonsai dan penyiraman memakan banyak waktu. Sejalan dengan lingkungan tempat tinggal di Jepang yang makin modern dan tidak memiliki halaman, penggemar bonsai akhirnya terbatas pada kalangan berusia lanjut.

Ukuran[sunting | sunting sumber]


Bonsai di "Foire du Valais", Swiss, 2005.
Bonsai dikelompokkan menjadi enam kelompok berdasarkan tinggi tanaman dari pangkal batang hingga bagian puncak tanaman:
  • raksasa: tinggi pohon lebih dari 101 cm.
  • sangat besar: tinggi pohon antara 76–100 cm.
  • besar: tinggi pohon antara 46–75 cm
  • sedang: tinggi pohon antara 31–45 cm
  • kecil: tinggi pohon antara 16–30 cm
  • sangat kecil: tinggi pohon kurang dari 15 cm.[2]

sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bonsai

Selasa, 18 Oktober 2016

Makanan Khas Banjarnegara

 Indonesia memang kaya, buktinya makanan khas Indonesia dari berbagai daerah pasti ada dan semuanya unik serta rasanya enak-enak. Seperti halnya di Banjarnegara, salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah ini juga memiliki kuliner khas Banjarnegara. Semuanya pasti enak dan membuat lidah tidak bisa berhenti makan.
Ada juga makanan khas kabupaten Banjarnegara yang cocok dijadikan oleh oleh khas Banjarnegara jika sobat ingin membawanya keluar kota. Banjarnegara yang terkenal dengan wisata Waduk Mrica nya ini memang punya banyak kuliner yang enak dan lezat. Mau tahu apa saja makanan khas daerah Banjarnegara Jawa Tengah? Yuk simak ulasannya berikut ini:

Makanan Khas Banjarnegara terlezat

1. Dawet Ayu Banjarnegara.

Hasil gambar untuk makanan khas banjarnegara
Kenapa dawet ayu menjadi salah satu makanan khas Banjarnegara padahal kan bentuknya minuman bukan makanan? Sebab, dawet ayu memang menjadi ikon dari banjarnegara dan seolah menjadi identitas dari Banjarnegara. Dialun-alun Banjarnegara saja, ada patung penjual dawet ayu, sudah pasti minuman khas Banjarnegara ini menjadi minuman tradisional dari nenek moyang. Ciri khas dawet ayu Banjarnegara adalah warna cendolnya berwarna hijau dengan pemanis alami dari gula jawa atau gula merah. Saat ini, dawet ayu menjadi minuman yang sangat populer dan merupakan minuman favorit diacara-acara resmi seperti pernikahan, pertemuan, seminar dan lain-lain.

2. Combro

Hasil gambar untuk makanan khas banjarnegara

Jika di Bandung disebut dengan comro tanpa B kalau di Banjarnegara disebut dengan combro menggunakan huruf B. Combro menjadi makanan khas Banjarnegara selanjutnya. Disebut dengan combro kalipelet karena masyarakat Kalipelet Banjarnegara memang dikenal memiliki keahlian membuat Combro dengan cita rasa yang khas. Jajanan khas Banjarnegara ini dibuat dari singkong (ketela pohon) yang dihaluskan kemudian isiannya biasanya campuran antara rasa pedas, asin dan manis. Dimasak dengan cara digoreng dan dinikmati dengan secangkir teh manis. Combro kalipelet juga sering dijadikan oleh oleh khas Banjernegara bagi banyak wisatawan yang datang ke Banjarnegara.

3. Soto Banjarnegara

Hasil gambar untuk makanan khas banjarnegara
Masakan khas Banjarnegara yang memiliki rasa lezat serta unik adalah soto krandegan. Ke Banjarnegara tanpa menikmati makanan khas Banjarnegara satu ini, sepertinya ada yang kurang. Soto krandegan mirip dengan soto betawi yaitu menggunakan santan dan isian utamanya berupa irisan daging ayam, potongan ketupat, tauge, kerupuk, taburan bawang goreng dan bahan enak lainnya. Semua bahan kemudian disiram dengan kuah sroto Krandegan yang enak. Penjual soto krandegan banyak ditemui di alun-alun kota Banjarnegara.

4. Mendoan Banjarnegara



Mendoan memang menjadi salah satu makanan khas Jawa Tengah yang cukup terkenal. Sebab beberapa daerah juga memiliki kuliner khas berupa mendoan namun dengan cara masak dan bumbunya masing-masing. Banjarnegara ternyata memiliki makanan khas berupa mendoan. Seperti mendoan pada umumnya, terbuat dari bahan utama tempe tipis lebar yang dibalut dengan tepung. Ciri khas mendoan Banjarnegara adalah adanya irisan daun bawang pada tepung yang dibalutkan ke tempe. Mendoan paling enak kalau dinikmati dalam keadaan panas hangat bersama dengan cabe rawit atau sambel kecap.

5. Buntil Banjarnegara

Hasil gambar untuk makanan khas banjarnegara

Buntil adalah makanan yang terbuat dari daun singkong atau daun talas yang didalamnya diisinya dengan isian seperti parutan kelapa yang telah dibumbui dengan bermacam-macam bumbu. Buntil Khas Banjarnegara biasanya menggunakan daun singkong bukan daun talas. Cara memasak buntil menggunakan santan kelapa tentu dengan bumbu khas Banjarnegara yang lezat. Nikmati buntil banjarnegara bersama dengan sepiring nasi hangat.

6. Mie Ongklok Banjarnegara



Mie ongklok adalah makanan khas Banjarnegara yang sangat lezat. Kenapa disebut dengan mie ongklok? Sebab cara membuatnya adalah dengan cara di kocok atau dalam bahasa lainnya di ongklok, makanya disebut dengan mie ongklok. Mie Ongklok Banjarnegara dibuat dari bahan utama berupa daging sapi atau daging ayam, sawi, ebi, irisan daun kol kemudian disiram dengan kuah kental khas Banjarnegara.

sumber : http://sobatinfo.com/makanan-khas-banjarnegara/